Penjelasan Medis Soal Sindrom Patah Hati yang Gejalanya Mirip Serangan Jantung

Penjelasan Medis Soal Sindrom Patah Hati yang Gejalanya Mirip Serangan Jantung

Tak cuma sekadar ungkapan, patah hati ternyata memiliki penjelasan secara medis. Sindrom Broken Heart, atau yang secara medis dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, memiliki dasar biologis yang nyata dan memiliki efek yang serius pada jantung. Berikut penjelasan yang diungkap oleh Dokter Dito Anurogo dikutip pada Sabtu (16/3/2024).

Sindrom Broken Heart pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990. Kondisi ini terjadi ketika stres emosional atau fisik ekstrem menyebabkan bagian dari jantung membesar dan tidak berfungsi baik. Sementara bagian lainnya berfungsi normal atau bahkan dengan kontraksi yang lebih kuat.

Ketika seseorang mengalami stres berat maka tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan hormon stres lainnya. Bisa Berujung Kematian, Ketahui Kapan Harus Segera ke Rumah Sakit saat Mengalami Sindrom Patah Hati Bukan Serangan Jantung, Penjelasan Anak Donny Kesuma Usai Ayah Dilarikan RS : Jantung Papa Lemah

Jangan Lupa Bahagia, Gembira Itu Sehat! Patah Hati Ternyata Bisa Turunkan Fungsi Jantung Sidang Kasus Narkoba, Eksepsi Tio Pakusadewo Ditolak, Anaknya Sedih Apa Saja Gejala Serangan Jantung? Simak Penjelasan Dokter Spesialis RSUD Provinsi NTB

Olahraga Malam Hari Jadi Penyebab Serangan Jantung Hanya Mitos, Ini Penjelasan Dokter Chord Kunci Gitar dan Lirik Tanda Tanda Patah Hati Tipe X: Jantung Berdebar debar Kenali Perbedaan Serangan Jantung dan Henti Jantung

Pada beberapa orang, terutama wanita tua dapat menyebabkan stunning dari otot jantung yang menyebabkan bagian dari jantung sementara melemah hingga mirip dengan serangan jantung. Gejala Sindrom Broken Heart sangat mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada dan kesulitan bernapas. Hal ini sering menyebabkan penderitanya dilarikan ke UGD dengan dugaan serangan jantung.

Namun, berbeda dari serangan jantung, penyumbatan arteri tidak sering ditemukan pada pasien dengan Sindrom Broken Heart. Faktor risiko utama Sindrom Broken Heart adalah stres emosional berat. Seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau bahkan kejutan yang terlalu menyenangkan. Wanita menopause memiliki risiko lebih tinggi, meski kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, dari berbagai usia.

Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu, kondisi ini bukan tanpa risiko. Kondisi ini bisa berakibat komplikasi termasuk gangguan irama jantung, gagal jantung, dan dalam kasus yang sangat jarang, kematian mendadak. Pengobatan Sindrom Broken Heart sering melibatkan obat obatan yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung atau serangan jantung, seperti beta blocker dan ACE inhibitor.

Aspek penting lain adalah manajemen stres, terapi, meditasi, dan latihan fisik. "Sindrom Broken Heart adalah peringatan penting tentang betapa kuatnya hubungan antara kesehatan emosional dan fisik kita. Ini membuktikan bahwa trauma emosional tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental kita, tetapi juga memiliki efek yang sangat nyata dan kadang kadang berbahaya pada kesehatan fisik kita, khususnya jantung kita," tutur dia. Dengan meningkatnya kesadaran dan penelitian, diharapkan semakin memahami bahwa Sindrom Broken Heart bukan hanya soal perasaan, tetapi sebuah kondisi medis yang serius.

Tidak hanya memperhatikan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan emosional, karena keduanya saling terkait erat. "Sindrom Broken Heart membuka mata kita tentang betapa rapuhnya tubuh manusia terhadap guncangan emosional," pesan dr Dito. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *