Penyakit batu empedu ditandai dengan nyeri perut bagian kanan atas secara mendadak. Ada sejumlah faktor risiko batu empedu, seperti pola makanan, genetik maupun kehamilan. Karena itu, perubahan pola makan menjadi salah satu tata laksana yang dapat digunakan untuk mengatasi batu empedu. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterology hepatologi RS Siloam MRCCC Semanggi (MRCCC) Dr. dr. Irsan Hasan, Sp.PD, KGEH, FINASIM menerangkan bahwa pola makan sehat dan seimbang dapat membantu mengurangi risiko terbentuknya batu empedu dan meminimalkan gejalanya. Hindari makanan berlemak tinggi, makanan mengandung kolesterol tinggi, dan makanan olahan. "Gantilah dengan konsumsi makanan tinggi serat seperti buah buahan, sayuran, biji bijian, dan makanan rendah lemak," tutur dia dalam keterangannya, Senin (3/6/2024).
Selain menjaga makanan, dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat obatan untuk membantu melarutkan atau menghancurkan batu empedu, terutama untuk batu kolesterol lebih kecil. Seperti Ursodeoxycholic acid (UDCA) dan Chenodeoxycholic acid (CDCA). Namun, perlu diperhatikan bahwa proses ini bisa memakan waktu lama dan tidak selalu efektif. Ada juga terapi ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy): Metode non invasif ini menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan batu empedu menjadi fragmen yang lebih mudah dikeluarkan melalui saluran empedu.
Kunci Jawaban Post Test Profil Pelajar Pancasila Modul 4 Dimensi Bergotong Royong PMM 2024 Terbaru! Contoh Teks Sambutan Perwakilan Orang Tua Murid untuk Perpisahan Kelas 6, Jadikan Referensi Kunci Jawaban Soal Post Test Modul 2 Refleksi Diri Memahami Pembelajar Mandiri PMM Terbaru 2024
"Sayangnya ESWL hanya efektif untuk batu empedu yang lebih kecil dan tidak dapat digunakan untuk semua kondisi," tutur dia. Kemudian ada metode ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Metode ini digunakan untuk menghilangkan batu empedu yang tersumbat di saluran empedu. Prosedur ini melibatkan penggunaan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut hingga ke saluran empedu, diikuti dengan penanganan batu dengan bantuan teknik seperti penghancuran batu atau pengangkatan menggunakan alat tertentu.
"Penggunaan terapi ERCP ini masih terbatas karena butuh keterampilan dan ketelitian untuk memastikan batu empedu yang diderita oleh pasien. Prosedurnya melibatkan penggunaan endoskop berbentuk tabung atau selang fleksibel yang dimasukkan melalui mulut, pada ujung endoskop terdapat kamera yang memungkinkan dokter untuk melihat dan memantau saluran empedu, hati, dan pankreas," tutur dr Irsan. Metode ini memungkinkan dokter untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang saluran empedu pankreas, sehingga dapat membantu mendiagnosis penyakit atau kelainan seperti batu empedu, penyempitan saluran empedu, atau masalah lainnya. Termasuk pula minimal invasif dibandingkan dengan metode bedah lainnya. Menggunakan akses endoskopis yang melibatkan sedikit atau tanpa sayatan besar, dapat mengurangi risiko komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien.
“Meskipun demikian prosedur ini juga memiliki risiko seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada saluran empedu atau pankreas. Oleh karena itu, setelah menjalani metode ini di MRCCC, pasien akan tetap menjalani observasi secara berkala dengan dokter," ungkap dia. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.