Analis Trimegah Sekuritas Rovandi menanggapi kabar jaringan bioskop terbesar di Indonesia dengan merek Cinema XXI, PT Nusantara Sejahtera Raya, yang mempertimbangkan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dia menjelaskan bagaimana prospek dari bisnis sinema itu.
“Kalau sektor sinemanya saya belum mendalami.
Mungkin saya bisa ngasih view dari global market-nya aja,” ujar Rovandi saat dihubungi pada Sabtu, 3 Desember 2022.
Menurut Rovandi, tahun 2023, ekonomi di akhir puncak pelemahan ekonomi.
Dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) diperkirakan mulai melandai.
Sehingga kondisi ideal diharapkan tercipta untuk ekspansi atau berinvestasi baik di real market ataupun di bursa.
“Jadi prospeknya di akhir tahun 2023 bagus untuk bertumbuh buat operator jaringan bioskop sinema,” kata Rovandi.
Sebelumnya, penghimpunan dana IPO Cinema XXI tersebut diprediksi mencapai US$ 1,1 miliar.
Bila dirupiahkan, nilai tersebut setara dengan Rp 17,17 triliun (asumsi kurs tengah BI Rp 15.617 per dolar AS).
Sumber Bloomberg yang enggan disebutkan namanya menyampaikan perusahaan yang juga dikenal sebagai 21Cineplex tersebut sedang membahas dengan para penasihat untuk penawaran potensial itu.
IPO diperkirakan bakal berlangsung paling cepat tahun depan.
“Penjualan saham dapat menghasilkan antara US$ 500 juta dan US$ 1,1 miliar,” seperti dikutip dari sumber Bloomberg, Jumat, 2 Desember 2022.
Artinya, nilai IPO jaringan bioskop terlama di Indonesia ini bakal berada di rentang Rp 7,8 triliun hingga Rp 17,17 triliun.
Nusantara Sejahtera Raya kini tercatat memiliki 1.216 layar di 226 bioskop di seluruh Indonesia dengan merek Cinema XXI per Januari 2021.
Situs resmi perusahaan menyebutkan Cinema XXI telah menargetkan penambahan 2.000 layar dalam lima tahun.
MOH KHORY ALFARIZI | BISNIS Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.