Dampak psikologis di era middle income trap kian nyata. Disaat masyarakat kelas menengah mulai menikmati perekonomian yang meningkat, disisi lain kaum milenial mengalami keterpurukan secara mental. Boss is suck, lembur bagai kuda, budak korporat kerapkali jadi istilah nyinyir di dunia kerja.
Bahkan burnout atau kondisi stres kronis di mana pekerja merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional gara gara pekerjaannya juga sering diungkapkan secara terang terangan para pekerja di media sosial mereka. Psikolog Ratih Ibrahim menyatakan era middle income trap membuat generasi millenial diliputi rasa takut dan kecemasan sangat tinggi tentang kehidupan. Hal ini disebabkan guncangan ekonomi saat pandemi Covid 19 lalu.
Dampak Middle Income Trap: Kaum Milenial dan Gen Z Cemas Berlebihan soal Masa Depan Strategi Punya Rumah untuk Generasi Milenial dan Gen Z Cara Beli Rumah di Usia Muda Tanpa Utang dan KPR, Bebas Riba, Cocok Untuk Kaum Milenial dan Gen Z
Bidik Pasar Milenial dan Gen Z, Pengembang Bangun Hunian Berkonsep Smart Living Gen Z dan Milenial Kukar Bersuara, Apresiasi Inovasi Kreatif Bupati Edi Damansyah Selebgram Tewas Bunuh Diri, Gen Z dan Milenial Diingatkan Pentingnya Olahraga dan Wisata
Daftar 7 Jurusan Kuliah Bisa Menjanjikan Masa Depan dan Diminati Anak Gen Z, Ada Jurusan Favoritmu? Banyak Untungnya, Ini Alasan Kenapa Hunian Klaster Jadi Favorit Milenial dan Gen Z! Dimana banyak bisnis yang berhenti, karyawan mengalami lay off dan berimbas pada jumlah penggangguran yang naik drastis.
Secara psikologis, saat ini banyak orang yang mengalami kondisi sangat marah atau furious dan sangat cemas atau anxious, lantaran tidak punya penghasilan. Dari survei yang dilakukan lembaga miliknya Personel Growth, bahwa anak anak muda kini atau Gen Z pun tak luput dari perasaan cemas tentang masa depan. Banyak anak muda yang sering mengalami burn out, putus asa, depresi, menyakiti diri sendiri, hingga memutuskan mengakhiri hidup.
"Salah satu faktornya karena ekonomi. Milenial sangat merasa cari kerjaan itu susah. Gen Z mengalami kondisi yang kompetitif sekali di dunia kerja," ungkap Ratih. Disisi lain, generasi muda dipenuhi pandangan dan idealisme tentang pekerjaan yang diinginkan. Ada ekpestasi, cita cita yang ideal, namun realitanya tidak sesuai.
"Yang diungkap selama ini faktor luarnya saja misalkan emang dasar bosnya tidak cakap. Padahal mungkin anak mudanya yang tidak siap melakukan pekerjaan multitasking hingga frustasi," tutur dia. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.